Minggu, 30 September 2012

PADA KIDHUNG SENJA - oleh : Budi Riyanto




PADA KIDHUNG SENJA
oleh : Budi Riyanto


Pada kidhung senja kau ungkap rasa
Rasa yang sesungguhnya terasa, tentang kangen
tentang rindu
Yang kau elak untuk sua
Lalu untuk apa kau ungkap itu semua

Sedang mengucappun kau masih terbata-bata
Mungkin karena rindu atau entah karena apa

Pada kidhungmu menjelang senja
Aku memaknainya sebagai Tembang Jiwa
Yang merajuk bujuk tanpa temu
Indahmu telah kulukis
Pada kanvas hati
Dan kusimpannya sebagai kenangan terindah

Dan,,,,,
akan kusimpan semua itu
pada buku-buku rinduku
yang tak pernah tanpa temu.-

Bahwa kau telah menyangiku
tanpa batas,-

* * *
1809'12

SAJAK - oleh : Boy Refa Redo




SAJAK
oleh : Boy Refa Redo


Ia adalah luahan rasa yang menggelegak
dari huruf-huruf yang menyerak
disusun-susun, dirangkai-rangkai kata demi kata
hingga menjadilah barisan kalimat yang di dalamnya:
tersimpan pesan-pesan bijak.

Ia hidup ketika hati dan nalar menjamahnya.
Ialah hampa yang berasa hambar saat naluri tak lagi peka.
Ia ada;
di hatiku, di hatimu,
di jiwaku, di jiwamu,
di darahku, di darahmu,
ia ada dibelahan tanah manapun jua.
Ia belantara raya kata-kata
tarian jemari para pujangga.

Sajak,
huruf-hurufmu tegak
lantang menyentak, hentak.
Seperti awan-awan berarak engkau bergerak.
Meledak-ledaklah engkau
kala kau terinjak-injak.
Terinjak-injak kaki si tamak,
si tamak yang telinganya pekak, yang imannya adapun tidak.
Di hitam bola matamu yang beriak
kata-kata terkoyak, tercabik-cabik, meluluh lantak.


By. Boy Refa.
1809'12
****

1988 - oleh Amri JO




1988
by: Amri JO


Semerah petang,
berpetak juma langkamu.
Dan bersama lembayung,..kau datang.

Hiruk pikuk rinduku..
Kutapaki bukit berbekas tapak senyummu.
Ku ulangi menghimbu rayu..
Sebelum senja ini berlalu.

Ketika berlarian menjinjing selendang,.kau.
Kudapati tengah membasuh kaki,..berlumpur..
Sekitar perigi sawah ber alur alur.

Semak tak lagi berdebu.
Tersiram kabut lembut.
Hanya aku hilang dikata,.terkatub.
..ketika dirimu meretas senyum santun.

Bersemilah senja oleh ulahmu.
Berikut nyanyi malam kian merasuk.
Menekukku akan seketika rindu.
..rindu serindang kembang ungu.

Angin ajarkan aku sepoimu.
Inginku pergoki ia ditikungan jumaku.
Sampaikan hasrat pembelenggu.-


1709'12
Amri JO

DIA - oleh : Siti Saharah




DIA
oleh : Siti Saharah


Tidak semua mampu seperti dia
karena dia hiasan dunia paling indah..
Andai aku mampu seperti dia
alangkah indahnya hidupku kini juga nantinya..

Dia adalah wanita beriman kepada ALLAH
Dia Istiqomah
Dia berbusana muslimah
Dia khusu dalam beribadah
Dia jauh dari bermegah megah kehidupan dunia
Dia ramah
Dia selalu bertegur sapa
Dia penjaga amanah
Dia berbakti kepada ibu bapaknya
bahkan suaminya kelak ia menikah.
Dia banyak dinanti lelaki sholeh..

Dan dia 
Hiasan dunia paling indah
Dia
Wanita yang tengah tengah dinanti oleh jannah
Dia adalah wanita sholeha..
Andai aku bisa jadi seperti dia
akan amat bahagia hidupku dunia dan akhirat nantinya...

"Dunia ini laksana perhiasan,dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita sholeha"(HR.Muslim)


1709'12
By: SS

BIARLAH WAKTU MENERTAWAKAN KITA - oleh : Boy Refa Redo




BIARLAH WAKTU MENERTAWAKAN KITA
oleh : Boy Refa Redo


Dikesendirianku tanpamu.
Kubuang jauh segala ragu,
segala prasangka,
segala yang mengusik tenang dijiwa.
Dan kurangkailah bunga-bunga rindu
yang akan kutautkan di hatimu.

Di sepinya waktu tanpamu.
Kumenepis segenap hasrat yang menggoda.
Yang membujuk-bujuk rayu,
mengaburi pandanganku padamu.
Lalu kusulamlah sebentuk setia,
karena kepadamu aku percaya.
Sesamudra rindu yang disana hanya untukku.

Kekasih.
Biarlah jarak memisahkan raga kita.
Karena itu akan mendewasakan cinta kita.
Biarlah waktu menertawakan rindu kita, biarlah.
Sebab itu akan semakin menyatukan hati kita.


*****
1709'12
Boy Refa Redo.-

KINI - oleh : Serpihan Hati




KINI
oleh : Serpihan Hati


Kini,
aku lebih banyak terdiam,
tersebab tiada lagi harap,
yang dahulu setia temani malam,
memberi cahaya disetiap gelap.

Kini,
biarlah aku membisu,
tersebab tiada lagi asa,
yang dahulu menguat rindu,
menjadi sandar lamunan jiwa.

Kini,
biarlah aku tak lagi ada,
disetiap benak fikirmu,
tersebab yakin itu telah binasa,
cipta hari berisi pilu.


****
1609'12
SH

Selasa, 25 September 2012

TERKURUNG GARIS BATAS - oleh : Budi Riyanto




TERKURUNG GARIS BATAS
oleh : Budi Riyanto


Aku yang membuat garis itu
atau kita,,,,,,
dan mengurung rasa didalamnya
tertahan, menahan rasa
hingga menggunung lahar
entah bisa tertumpahkan gelegar rasa itu
hingga luapkan lahar rasa itu meleleh

Tergambar pada basah keringat dipucuk rambut

Aku mencoba menahan rasa
agar tak lewati garis batas
yang telah kita buat garis melingkar
kelilingi kita, dalam menahan rasa tertahan
aku terkurung
kamu terkurung
kita mengurung diri, dalam lingkar garis batas
yang telah kita sepakati

Aah,,,,,,
kaki kiriku terasa ringan hendak langkahi
garis batas itu
sedang kaki kananku masih setia bertahan
menahan rasa dalam garis lingkaran
pada satu kesepakatan batasan

Gejolak rasa ini berat tertahankan
hendak kuluapkan lewati garis batas
tanpa peduli,,,,,,,,,,
tapi aku merasa masih memiliki nurani
walau terasa sedikit menyiksa diri
dan akanmu aku masih peduli
masih aku terkurung
dalam garis batas yang telah kita sepakati

Dan,,,,,,,
gambaran tentang ujung rambut terbasahi
butiran keringat rasa
adalah kumpulan bayangan dalam angan

Aku, kau mencipta ilusi
dan kita menikmati
dalam lingkar garis batas
yang telah kita buat sendiri

Dan,,,,,,,
aku masih menahan rasa ini
entah sampai kapan
mampu menahan gejolak rasa


Gelegak lahar yang hendak meleleh
buraikan segala garis batas.-

* * *
1609'12
: Budi Ri.-